Friday, July 10, 2009

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

Respon Fisiologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Pada Perubahan Salinitas Media

I. Latar Belakang

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).

Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas.

Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

II. Permasalahan

Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut, dalam hal mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah dioksidasi. Salinitas mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum. Secara langsung, salinitas meniadakan / mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan.

III. Sasaran, Tujuan dan Manfaat

Sasaran praktikum ini adalah memahami bahwa fisiologi hewan air sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor abiotik dan biotik di lingkungan hidupnya.

Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati respon fisiologi ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap kondisi salinitas air dengan :

a) Menghitung frekuensi dan laju tutup insang (operculum) dan bagian dasar mulut sebagai indikator respon sistem respirasi.

b) Menghitung frekuensi dan laju gerakan sirip dada (pectoral fin) sebagai indikator pergerakan (locomotion).

c) Mengamati reaksi ikan terhadap sentuhan dengan lidi pada tubuh ikan sebagai indikator respon saraf kulit.

d) Mengamati reaksi ikan terhadap gerakan benda di depan matanya sebagai indikator respon system saraf mata.

Dengan melakukan praktikum ini mahasiswa akan mendapatkan pengertahuan dan ketrampilan teknis

Melalui praktikum ini, praktikan diajak untuk mengetahui kemampuan ikan dalam beradaptasi melalui proses osmoregulasi, terhadap perubahan lingkungan yang dimanipulasi pada perlakuan salinitas dengan 3 kali ulangan.

IV. Metodologi

A. Alat dan Bahan

a) Alat

Hewan Uji : 2 ekor ikan mas (Cyprinus carpio) dari akuarium, Garam dapur secukupnya dan air tawar.

b) Bahan

Akuarium atau stoples sebagai wadah perlakuan, pH meter untuk mengukur salinitas media, Handy-counter untuk menghitung gerakan tutup insang, alat tulis menulis, Airator lengkap dengan perlengkapannya, Sendok, lidi dll.

B. Prosedur Kerja

· Mahasiswa dibagi dalam kelompok (tiap kelompok 4 orang)

· Tiap kelompok dengan pengamatannya sendiri-sendiri.

· Persiapan ikan, akuarium (wadah) dan aerasi. Air tawar dimasukan ke dalam semua wadah sebanyak 3/4 dari total volume wadah, kemudian di beri aerasi. Pada dua wadah ditambahkan garam dapursambil mengukur salinitasnya hingga mencapai 10 ppt.

· Pemasukan ikan dan pengamatan. Masukan 2 ekor ikan ke dalam setiap wadah, lakukan pengamatan respon saraf dan respon penglihatan sebagai data awal. Dilanjutkan dengan pengamatan respon respirasi dan pergerakan sirip dada. Data diamati dan dicatat dengan menghitung setiap gerakan seperti yang dijelaskan pada pengambilan data tabulasi dibawah ini.

· Pembersihan ruangan dan pembuangan ikan. Ruangan dibersihkan setelah kegiatan praktikum, ikan dikembalikan kedalam akuarium.

C. Pengambilan Data Tabulasi

· Respon respirasi. Dalam repirasi terjadi pemompaan air oleh operculum dan bagian bawah mulut ikan, Hipotesa : makin tinggi aktifitas respirasi karena adanya perubahan lingkungan, makin tinggi frekuensi dan laju pemompaan air. Jumlah gerakan operculum pada saat membuka dan gerakan dasar mulut ikan pada saat turun. Perhitungan dilakukan selama 1 menit dan duulangi setiap 10 menit sampai menit ke 30.

· Respon pergerakan sirip dada. Sirip dada berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan ikan di dalam kolom air, Hipotesa : dalam keadaan stress karena perubahan lingkungan, frekuensi gerakan sirip dada makin menurun. Hitung jumlah gerakan sirip dada pada saat mengayun kebawah selama 1 menit. Perhitungan dilakukan selama 1 menit dan duulangi setiap 10 menit sampai menit ke 30, buat table frekuensi.

· Respon saraf pada kulit. Kulit ikan memiliki saraf periperi (pinggir) sehingga respon ikan terhadap sentuhan pada kulitnya dapat dijadikan indikator respon fisiologisnya. Hipotesa : dalam keadaan stress ikan lambat bereaksi terhadap sentuhan pada kulit, karena energinya lebih banyak dipakai untuk mengembalikan homeositas. Amati respon tersebut dengan cara menyentuh kulit punggung ikan dengan ujung lidi.

· Respon penglihatan. Mata ikan dipakai untuk melihat benda-benda air. Hipotesa : dalam keadaan stress, pengihatan ikan kurang awas. Amati respon tersebut dengan menggerakan sendok di depan mata (kepala) ikan pada awal dan akhir pengamatan.

V. Hasil dan Pembahasan

A. Pengolahan Data

Ø Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada terhadap Air Tawar

Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada terhadap Air Tawar

Tabel 1. Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada

No

Data Tabulasi

Frekuensi gerakan

(../menit)

Ket

I

II

III

1

Respon Respirasi (Gerak-an operculum)

141

108

85


2

Gerakan Sirip Dada

224

161

149


· Frekuensi Operculum

Frekuensi 1 = 141 gerakan / 1 menit

= 141 grkn/menit

Frekuensi 2 = 108 gerakan / 1 menit

= 108 grkn/menit

Frekuensi 3 = 85 gerakan / 1 menit

= 85 grkn/menit

· Laku Gerakan Operculum

Laku Gerakan = 141/85 / 3

= 0,552941 gerakan/menit

· Laku Gerakan Sirip Dada

Laku Gerakan = 224/149 / 3

= 0,501119 gerakan/menit

Respon saraf pada kulit dan respon penglihatan terhadap Air Tawar (0 ppt) sama yakni cepat menghindar untuk menit pertama atau pengamatan 1 (Bobot 5), Lambat menghindar untuk menit ke 10 atau pengamatan 2 (Bobot 3), dan hampir tidak menghindar untuk menit ke 20 atau pengamatan 3 (Bobot 1)

Ø Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada terhadap Air Asin (10 ppt)

Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada terhadap Air Asin (10 ppt)

Tabel 2. Respon Respirasi dan Pergerakan Sirip Dada

No

Data Tabulasi

Frekuensi gerakan

(../menit)

Ket

I

II

III

1

Respon Respirasi (Gerak-an operculum)

147

142

153


2

Gerakan Sirip Dada

88

125

131


· Frekuensi Operculum

Frekuensi 1 = 147 gerakan / 1 menit

= 147 grkn/menit

Frekuensi 2 = 142 gerakan / 1 menit

= 142 grkn/menit

Frekuensi 3 = 153 gerakan / 1 menit

= 153 grkn/menit

· Laku Gerakan Operculum

Laku Gerakan = 147 / 153 / 3

= 0,320261 gerakan/menit

· Laku Gerakan Sirip Dada

Laku Gerakan = 88 / 131 / 3

= 0,223919 gerakan/menit

Respon saraf pada kulit terhadap Air Asin (10 ppt) yakni hampir tidak menghindar untuk menit pertama atau pengamatan 1 (Bobot 1), Lambat menghindar untuk menit ke 10 atau pengamatan 2 (Bobot 3), dan hampir tidak menghindar untuk menit ke 20 atau pengamatan 3 (Bobot 1)

Respon penglihatan terhadap Air Asin (10 ppt) yakni Cepat menghindar untuk menit pertama atau pengamatan 1 (Bobot 5), hampir tidak menghindar untuk menit ke 10 atau pengamatan 2 (Bobot 1), dan hampir tidak menghindar untuk menit ke 20 atau pengamatan 3 (Bobot 1)

B. Pembahasan

Berdasarkan pada Tabel 1. maka dapat diketahui bahwa pada pengamatan 0 ppt pada ikan Mas (Cyprinus carpio), tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal. Terlihat bahwa setelah menit ke 10 dan 20 ikan mas sudah mulai bernafas dan bergerak secara normal ditandai dengan menurunnya frekuensi gerakan tiap menit, jika dibandingkan dengan menit pertama (dalam proses adaptasi) frekuensi gerakannya dapat mencapai 141 gerakan/menit untuk bukaan operculum dan 224 gerakan/menit untuk gerak sirip dada

Untuk pengamatan dengan perbedaan salinitas 10 ppt terlihat bahwa Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan mas, sehingga ikan mas melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali.

Sedangkan karena ketidakstabilan tubuh yang dialami ikan maka menurunkan respon saraf dan penglihatan.

VI. Kesimpulan Dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa perubahan faktor fisik, kimia, serta biologi sangat berpengaruh terhadap histology dan fisiology organisme yang dapat membuat ikan berada dalam keaadan stress dan pada kondisi ekstrim akan berakibat pada kematian. Perubahan salinitas akan meningkatkan respon ikan mas baik itu respon respirasi, pergerakan sirip dada yang bertujuan mendapatkan energi yang akan dipakai dalam mengembalikan kondisi normal atau stabil lewat Metabolisme basal serta osmoregulasi.

B. Saran

Saran saya sebaiknya dalam praktikum mendatang wadah perlakuan haruslah sedikit diperbesar volumenya karena berpengaruh pada pergerakan ikan. Selain itu, sebaiknya dalam melakukan praktikum ada baiknya menggunakan perubahn salinitas yang berbeda-beda bukan hanya 10 ppt karena ikan mempunyai tolerasi terhadap salintas sehingga dengan salinitas tersebut tidak terlalu memberikan dampak yang dapat terlihat secara ekstrim.

Sedangkan untuk praktikan, lakukan praktikum dengan baik dan teliti agar hasil yang didapat tidak kacau.

VII. Daftar Pustaka

Salaka, S., dkk. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta.

PENGARUH FAKTOR FISIK TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KEHIDUPAN ORGANISME :

PENGARUH FAKTOR FISIK TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KEHIDUPAN ORGANISME :

1) Temperatur Air

Temperatur juga merupakan salah-satu faktor pembatas terhadap ikan-ikan air tawar. Umumnya ikan mempunyai kisaran temperatur yang optimum untuk pertumbuhannya. Bila terjadi perubahan temperatur yang cukup drastis maka ikan tersebut akan mati, atau kalau masih bisa bertahan hidup maka organ-organ dalam tubuh tertentu tidak dapat berfungsi. Misalnya temperatur normal untuk pertumbuhan Ikan Nila Merah dan Gurami berkisar antara 24 -280C. Nila Merah masih dapat bertahan hidup pada kisaran temperatur antara 14 – 380C, namun bila temperatur perairan <>0C atau > 420C akan mati. Sedangkan pada Ikan Gurami bila temperatur perairan <150C ikan tersebut masih dapat hidup namun tidak dapat berkembang biak (Nirarita dkk, 1996).

Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air yang diukur pada sekala definit seperti derajat celsius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF). Temperatur air merupakan regulator utama proses-proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Ia dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan; dapat menyebabkan kematian kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Air yang lebih dingin lazimnya menghambat perkembangan; air yang lebih panas umumnya mempercepat aktivitas. Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik.

2) Salinitas

Umumnya ikan-ikan air tawar mempunyai kemampuan toleransi terhadap salinitas yang sangat rendah. Walaupun demikian ada juga jenis-jenis ikan air tawar tertentu yang mempunyai kemampuan toleransi terhadap salinitas yang cukup besar (Nirarita dkk, 1996). Misalnya Ikan Gurami dapat hidup pada perairan dengan salinitas mencapai 7 ppt. Tawes dapat hidup pada perairan dengan salinitas mencapai 10 ppt. Sedangkan Belut dan Sidat pada saat memijah akan menuju ke lautan bebas pada kedalaman antara 5600 – 6000 m, kemudian memijah pada kedalaman laut tersebut.

3) pH (Kadar Keasaman)

pH suatu larutan mencerminkan aktivitas kation hidrogennya, dan dinyatakan sebagai logaritma negatif dari aktivitas kation hidrogen dalam mole per liter pada temperatur tertentu. Istilah pH lazimnya digunakan untuk menyatakan intensitas kondisi asam atau alkalin suatu larutan. Kalau pH antara 1 dan 7, ini merupakan kisaran asam, dan kisaran alkalin adalah pH 7 - 14. pH air permukaan biasanya berkisar antara 6.5 - 9.0.

Kualitas air yang ada, ditinjau dari nilai pH, harus dideskripsikan untuk suatu kawasan proyek. Perhatian harus diberikan kepada variasi pH-perairan secara musiman akibat peristiwa alamiah ataupun karena aktivitas manusia.

4) Turbiditas

Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air , dimana cahaya yang menembus air akan mengalami “pemantulan” oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloidan dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya kalau turbiditas meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas desinfeksi berkurang. Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material alamiah, atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan.

5) Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut mungkin merupakan parameter kualitas air yang paling umum digunakan. Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar/tawar berkisar dari 14.6 mg/liter pada temperatur 0oC hingga 7.1 mg/liter pada temperatur 35oC pada tekanan satu atmosfer. Rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan kalau tidak ada sama sekali oksigen terlarut mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik dengan bau busuk dan permasalahan estetika.

Kebutuhan oksigen ikan beragam dengan spesies dan umur ikan. Ikan air dingin membutuhkan lebih banyak oksigen terlarut daripada ikan lainnya (seperti carp dan pike), mungkin karena jenis ikan yang pertama lebih aktif dan predator. Kisaran antara 3 - 6 mg/liter merupakan tingkat kritis DO untuk hampir semua jenis ikan. Di bawah 3 mg/liter, penurunan lebih lanjut hanya penting dalam kaitannya dengan munculnya kondisi anaerobik lokal; kerusakan utama terhadap ikan dan kehidupan akuatik lainnya telah terjadi pada kondisi seperti ini. Di atas 6 mg/liter, keuntungan utama dari penambahan oksigen terlarut adalah sebagai cadangan atau penyangga untuk menghadapi “shock load” buangan limbah yang membutuhkan banyak oksigen.

6) BOD

BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen (mg/l) yang diperlukan oleh bakteri untuk mendekomposisikan bahan organik (hingga stabil) pada kondisi aerobik. Kondisi uji yang tipikal adalah inkubasi lima hari pada temperatur 20oC. Karena BOD merupakan ukuran tidak langsung dari jumlah bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis, maka ini dapat menjadi indikator jumlah oksigen terlarut yang akan digunakan (hilang dari air) selama asimilasi biologis polutan organik secara alamiah. Uji BOD merupakan salah satu uji yang lazim digunakan dalam evaluasi kualitas air.

REFERENSI :

Boyd, C. E. 1991. Water quality management and aeration in shrimp farming. Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

Rubijanto, M. 2004.Patologi Ikan Teleostei. Purwokerto ; Jawa Timur.

Arti Ketulusan

Arti Ketulusan

Hempasan angin dikala senja..

Meniti waktu di derai hujan..

Ketika pagi menerjang waktu..

Embun pagi kembali menetes di atas dedaunan..

ingin aku buang semuanya..

Namun, aku tak sanggup..

Aku tak sanggup, menutup telingaku..

Aku tak sanggup menutup telingaku dari semua tentang kamu

Tawa, canda, derai dan air mata

Tak akan mampu menceritakan;

Pahitnya menginginkanmu..

Saat ini hanya ada harapan,,

Harapan akan pahitnya hidup..

Tentang arti sebuah ketulusan..

Ketulusan...?

Sebuah kata yang memiliki sejuta makna..

Suatu kata yang mampu menenangkan jiwa..

Dengan kepedihan akan aku katakan;

Aku merelakan engkau..

Aku merelakan engkau dengan kebahagiaanmu..

Aku sanggup menutup kepedihanku

Untuk kebahagiaanmu..

Karena itulah arti dari ketulusan..

dan, sampai saatnya tiba..

Ketahuilah bahwa rasa cinta ini abadi dalam hatiku..

By : Dave’S